Selasa, 24 Mei 2016

Artikel Sejarah perkembangan dan peraturan serta fasilitas olahraga anggar

Sejarah Perkembangan Olahraga Anggar


Pada zaman purbakala sebelum ada senjata modern, setiap bangsa sudah beranggar untuk membela diri dengan menangkis ataupun menyerang. Sesuai yang dinyatakan oleh Dugan, Ken and Dewitt,R.T (1978 : 153) bahwa alat yang dipergunakan adalah barang apapun juga, baik dari kayu maupun dari besi untuk menangkis bila mendapat serangan. Taylor, James (1991 : 1) menyebutkan bahwa terdapat cerita sejarah
lukisan dalam Makam Seragon telah ditemukan sebilah pedang pendek terbuat dari tembaga yang menurut dugaan sudah berumur + 5000 tahun dan merupakan senjata anggar yang pertama . Seragon adalah raja pertama dari Kerajaan Purba di sekitar sungai Euphrat Mesopotamia. Menurut pahatan lama + 3000 tahun yang lalu bangsa Mesir, Yunani, dan Tionghoa Kuno sudah mahir dalam permainan anggar dengan cara lama. Sebelum adanya bentuk anggar seperti sekarang ini, pedang telah digunakan pada masa Persi, Yunani, Romawi, dan Babilonia. Relief yang terdapat di candi Luxor di Mesir menggambarkan tentang adegan pertandingan anggar sekitar abad 119 sebelum Masehi dengan menggunakan pedang sebagai alat, sesuai yang dikisahkan oleh Johnson, Samuel (2006 : 1).
Pada abad pertengahan alat anggar (epee/degen) dipakai sebagai senjata untuk mengadu kekuatan antara kaum bangsawan dalam perang tanding atau pertandingan antara dua teman (duel). Jika seseorang merasa terhina, maka terjadilah suatu duel dengan mempergunakan senjata anggar yang disebut epee. Ini dipakai sebagai senjata menusuk, sehingga dalam pertandingan tersebut tidak dapat dihindarkan kematian. Seseorang duelis tetap hidup karena dalam pertarungan tersebut ia menang, dan yang mati adalah yang kalah. Duel ini menjadi mode di dunia Barat antara para Bangsawan pada waktu itu. Kemudian permainan makin berkembang, bilamana terjadi suatu duel, kemudian seseorang terkena (luka) maka pertarungan dihentikan dan ia dinyatakan kalah (Vince, Joseph, 1940 : 1).
Seiring dengan perkembangannya dalam permainan pedang, permainan pedang juga sudah menggunakan pelindung muka dan juga pelindung pada ujung pedang agar tidak mencelakakan orang. Di samping itu, ada seseorang yang bertugas mencatat hasil pertandingan yang telah digambarkan dengan indahnya dalam relief tersebut. Anggar itu bermula dari pedang yang berat dengan pakaian perang, berubah menjadi senjata yang ringan dan langsing, termasuk pakaiannya, sehingga mudah cara menggunakannya. Dalam pertandingan anggar juga dipergunakan pedang sebagai cirri khasnya, pedang sebagai alat untuk bertanding (Garret.R, Maxwell, 1961 : 5).
Pedang adalah salah satu senjata tertua yang digunakan oleh tentara pada zaman dahulu untuk berperang. Bentuknya berbeda-beda dari abad ke abad. Kebanyakan merupakan benda yang cukup berat dengan daun pedang yang lebar sehingga memerlukan tenaga yang cukup kuat untuk memarang pihak lawannya, baik dalam posisi berdiri maupun berkuda. Sejak digunakan untuk membela diri, pedang dibuat makin besar dan makin berat sehingga diperlukan kedua tangan untuk menggunakannya (IKASI, 2002 : 1).

A.  Sejarah Perkembangan Olahraga Anggar di Eropa

Dengan berdirinya perkumpulan anggar di Frankfurt pada abad ke-14 maka Bangsa Jerman adalah Bangsa yang pertama kali menjadikan anggar sebagai olahraga. Tuntutan Bangsa Italia bahwa Italialah yang pertama menciptakan anggar pada abad ke-15 menjadi batal, mengingat Bangsa Jerman seabad lebih dahulu telah mempergunakan pedang panjang (90 cm), tanpa memakai pelindung tangan (Selberg,Charles A., 1976 : 3).
Kapten Cordopa adalah orang yang pertama menggunakan pelindung tangan, Ia adalah Bangsawan Spanyol. Pedang tersebut hingga sekarang masih tersimpan di museum di Madrid. Bangsa Italia merubah cara-cara menggunakan anggar dengan mempergunakan pedang kecil dan membuatnya sebagai alat olahraga yang menanamkan kegesitan reaksi dan juga penajaman pandangan mata (IKASI, 2002 : 2).
Pada Abad ke-15 adalah awal munculnya sekolah dan perkumpulan anggar di Eropa yang telah menelorkan jago-jago seperti Marxbruder dari Frankfurt. Perkembangan olahraga anggar selanjutnya sangat pesat, sehingga pada abad ke-16 tersebar di seluruh Eropa dan diresmikan sebagai permainan anggar Ranier. Dengan menekankan pada keterampilan, para pendekar anggar telah memadukan dengan gerak tipu olahraga gulat, sehingga tercipta gerakan serangan ke depan (lunge) yang merupakan anggar sebagai seni bela diri (Broer,Marion R., 1976 : 143).
IKASI (2002 : 3) menambahkan bahwa sesuai dengan kemajuan zaman, maka diperlukan dasar dan peraturan pertandingan olahraga anggar. Seorang Bangsawan Perancis yang bernama Hendry Saint-Didier sekitar tahun 1570 menciptakan nama istilah-istilah pada gerakan-gerakan anggar, dalam bahasa Perancis. Dalam pertandingan Internasional istilah-istilahnya banyak dipergunakan, sedang sebelumnya banyak Negara menggunakan istilahnya masing-masing. Perubahan besar-besaran pada pedang terjadi sesuai dengan pandangan mengenai berbagai bentuk senjata yang dianggap terbaik, yang diketengahkan oleh Count Koeningsmarken dari Polandia sekitar Tahun 1680, dari hasil gagasannya maka terbentuklah beberapa jenis senjata : Floret, Degen, and Sabre. Penggunaan macam-macam pedang dan keterampilan bermain anggar dalam pertandingan satu lawan satu (duel) banyak terjadi di negara-negara Eropa maupun Amerika Serikat, dimana pada waktu itu terjadi perang Revolusi. Tetapi bagi generasi setelah itu, hal tersebut tidak terjadi lagi, karena permainan anggar secara khusus hanya dipermainkan oleh para olahragawan anggar sebagai olahraga.
Taylor, James (1991 : 2) melanjutkan bahwa permainan anggar pada saat itu merupakan bagian yang paling penting dari pendidikan setiap orang yang terhormat sebelum masuk Olimpiade seperti yang kita lihat sekarang. Peraturan pertandingan anggar termasuk memberikan hormat sebelum bertanding dan bersalaman pada saat selesai bertanding menunjukkan bahwa olahraga ini berasal dari kaum bangsawan.

B. Sejarah Perkembangan Olahraga Anggar di Indonesia

Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, para tentara Kerajaan Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia. Pada saat itu terdapat dua macam tujuan permainan anggar, yaitu untuk berkelahi dan olahraga. Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi setiap tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan kelewang (pedang) atau sangkur. Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi para bintara, perwira, serta mahasiswa.
Tokoh-tokoh militer bangsa Indonesia yang mempunya keahlian bermain anggar pada waktu itu antara lain adalah Drh.Singgih, Soeparman, Maryono, Setu, Warsimin, Paimin Salekan, Atmo Soewirjo, J. Sengkey, Suratman, Mantiri, C.H. Kuron, Mangangantung, dan Soekarno. Untuk dapat meningkatkan kemampuan bermain anggar maupun olahraga lainnya, KNIL mendirikan sekolah olahraga militer. Sekolah olahraga militer tersebut didirikan guna untuk mendidik para guru anggar, guru renang, dan guru olahraga lainnya. Lembaga pendidikan militer tersebut didirikan di Bandung dan Magelang.
Pada masa penjajahan Jepang, tidak ada informasi yang masuk tentang perkembangan olahraga anggar di Indonesia. Dalam masa perang kemerdekaan, banyak guru anggar yang berasal dari mantan instruktur militer Belanda yang menjadi instruktur di Akademi Militer Yogyakarta. Mereka mengajarkan cara bermain anggar, baik untuk olahraga maupun berkelahi dengan menggunakan sangkur.
Dalam Pekan Olahraga Nasional pertama yang diselenggarakan pada tahun 1948 di Solo, olahraga anggar mulai diperkenalkan serta dieksibisikan oleh para guru anggar mantan instruktur militer Belanda tersebut. Setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik Indonesia, para guru anggar yang tersebar di tanah air mulai mengembangkan olahraga anggar dengan cara mendirikan perkumpulan-perkumpulan anggar di beberapa daerah. Seperti di Sumatera Utara, Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan di Sulawesi Selatan. Perkumpulan anggar di ibukota kita, Jakarta, didirikan oleh Kasimin Atmosoewirjo, Soekarno, dan Drh. Singgih. Di awal tahun 1950, Kasimin Atmosoewirjo mulai mengembangkan olahraga anggar di Jakarta bersama dengan puteranya yang bernama Suratmin.
Perjuangan para guru anggar yang telah merintis olahraga anggar di tanah air selanjutnya dikembangkan oleh para penerus. Baik oleh murid, anak, maupun cucu, sehingga pada saat ini olahraga anggar dapat terus berkembang di berbagai provinsi di Indonesia. Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh pihak Belanda, permainan anggar mulai diajarkan di sekolah olahraga maupun perguruan tinggi olahraga. Di lingkungan akademi militer dan polisi juga sempat diajarkan cara bermain anggar, namun pada akhirnya kurang berkembang. Dalam perkembangan selanjutnya, olahraga anggar mulai dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional kedua yang diselenggarakan pada tahun 1951 di Jakarta. Setelah itu olahraga anggar selalu dipertandingkan dalam setiap Pekan Olahraga Nasional hingga sekarang.


Olahraga anggar adalah olahraga yang menonjolkan ketangkasan. Baik ketangkasan gerak maupun ketangkasan keterampilan dalam menggunakan senjata. Cara permainannya memakai teknik seperti memotong, menangkis dan menusuk. Lapangan anggar berbentuk empat persegi panjang seluas 14×1,5 meter. Setiap pemain dilengkapi dengan kabel dan kostum khusus yang dihubungkan dengan sistem penilaian elektronik yang digunakan untuk mendeteksi jika terkena tusukan, sehingga memudahkan dalam penilaian. Dalam setiap pertandingan digunakan sistem eleminasi langsung. Sebuah tim  terdiri dari 3 pemain dan masing - masing akan bertanding dengan anggota tim lawan.


Alat dan fasilitas permainan Anggar dibagi dalam 3 bagian, yaitu; peraturan lapangan, peraturan pakaian, dan peraturan alat atau senjata anggar. Berikut keterangan masing-masing alat dan fasilitas permainan anggar.

C.    Lapangan Pertandingan anggar


Lapangan berbentuk persegi panjang seperti gambar di bawah ini:

Lapangan Pertandingan anggar
Kelengkapan lapangan anggar yang lain adalah:

Meja unutk alat listrik
Garis jaga
Batas belakang
Minimum satu meter
Garis tengah
Dua meter sisa jalur
Perpanjangan jalur
Star dua meter area sinyal

            Lapangan pertandingan anggar dapat terbuat dari; kayu linolcum, gabus, karet, plastik, lubang mata metalik, logam atau bahan campuran metal.




















D. Pakaian anggar 


Pakaian atlet anggar harus memenuhi syarat sebagai berikut;

Pakaian anggar


Peralatan dan pakaian harus memberikan pemain anggar perlindungan maksimum yang pas dan bebas bergerak yang diperlukan untuk bermain anggar.
Jangan sampai lawan terluka oleh peralatan, tidak juga senjata lawan terkait atau bengkok oleh peralatan dan konsekuensinya, harus tidak boleh bolong atau terbuka dimana poin lawan bisa tertangkap kecuali tidak sengaja dan terbawa atau bengkok. Jaket dan kerah harus dikancingkan dan dipasang dengan benar.
Semua pakaian harus putih, kecuali strip garis warna panjang lengan jaket pemain anggar dan lebarnya tidak boleh lebih dari 3 cm, harus di buat dari bahan yang cukup kuat dan mudah dibersihkan dan bagus keadaannya.


Pakaian harus terbuat dari salah satu jenis bahan dibawah ini : 
 Pakaian anggar
  • Pakaian harus dibuat dari bahan yang tahan pada 800 Newton. Perhatian khusus harus diberikan agar jahitan dibawah ketiak tidak robek.
  • Sementara pakaian tradisional dengan pakaian dalam untuk melindungi bagian tubuh vital atas dan bawah dibuat dari bahan yang tahan pada 800 Newton.
  • Pada semua jenis senjata untuk pria dan wanita, bagian jaket harus melebihi bagian belakang sekurangnya 10 cm saat pemain anggar dalam posisi siap. Pada  pemain anggar harus mengenakan sebuah jaket wajib menutup seluruh tubuh. Pemakaian sebuah pakaian dalam (plastron) adalah wajib pada ketiga jenis senjata, kecuali pemain anggar memakai pakaian yang dibuat seluruhnya dari bahan yang tahan pada 800 Newton.
  • Peralatan wanita harus termasuk BH pelindung dari metal atau bahan lain yang kaku.
  • Bagian belakang harus dikencangkan di bawah lutut. Jika seorang pemain anggar mengenakan pakaian panjang, ini harus dikencangkan atau dikancingkan di pergelangan kaki.
  • Ketika bagian belakang di pakai, pemain anggar harus memakai kaus kaki putih yang menutupi kaki sampai belakang. Kaus kaki ini harus dipasang demikian rupa agar tidak dapat lepas. Pemain anggar diizinkan untuk mengenakan kaus kaki dengan sekelilingnya menunjukkan warna tim nasionalnya setinggi 10 cm.
  • Pada semua jenis senjata, sarung tangan besi, disetiap situasi, menutup secara penuh kurang lebih separuh depan pedang lawan untuk mencegah mata pedang lawan masuk kedalam lengan jaket.
  • Masker harus dibuat dengan kawat nyamuk (jarak antara maksimumnya 2.1 mm dan dari kawat dengan minimum diameter mikrometer 1 mm).

D. Sejata Anggar


Senjata anggar terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Floret (foil) a
dalah Pedang yang berbentuk langsing, lentur dan ringan, ujungnya datar atau bulat, tumpul dan berpegas. Bila ditusukkan dapat naik/turun, beratny 500 gram (5 ons). Pelindung tangan yang terdapat pada floret lebih kecil dibandingkan dengan Degen dan Sabel. Ujungnya untuk menusuk dan bagian bawah pedang untuk menangkis dan menekan.

2. Saber (sabre)
Pedang yang berbentuk segitiga dan sudutnya tidak tajam, seperti parang kecil, semakin keatas semakin pipih dan ujungnya ditekuk hingga tidak meruncing, beratnya 500 gram. Pelindungan penuh menutupi tangan sampai pangkal tangkai. Bagian atas pedang untuk memarang dan bagian bawah untuk menangkis, serta ujungnya untuk menusuk.

3. Degen (epée)
Pedang berbentuk segitiga dan berparit, pada pangkalnya tebal dan samping keujung kecil, agak kaku. Ujungnya datar dan berpegas dengan pelindung tangan besar, beratnya 750-770 gram. Bagian bawah pedang untuk menangkis dan ujungnya untuk menusuk.



Semoga artikel ini bermanfaat bagi pengunjung..........Amin 
SALAM OLAHRAGA

1 komentar: